Senin, 30 Mei 2011

Review Buku : Nasional.is.me




Judul buku      : Nasionalisme
Penulis             : Pandji Pragiwaksono
Tebal buku      : 233 hal
Tahun Terbit    : April 2010
Penerbit           : Gramedia, Jakarta. 3 cover



Pertama kali waktu disodorkan buku ini, jelas merasa ini bacaan berat. Judulnya aja udah buat males. Nasionalisme. Tapi, saat baca halaman pertama, saat itu juga keinginan untuk terus membaca tidak dapat berhenti. Bahasa yang mudah dimengerti dan anak muda banget membuat kesan ”angker” yang tercipta dalam buku ini hilang seketika. Mungkin karena sebagian besar buku ini diangkat dari blog si penulis buku, Pandji Pragiwakso. Buku ini menjadi seperti novel buat saya. Addict sekali. Meskipun bahan yang diperbincangkan di dalamnya berat, namun penulis mengulasnya dengan bahasa yang ringan. Semua pembacanya mengerti tanpa harus mengernyitkan dahi dahulu.
Buku ini membuat kita sadar bahwa saat ini rasa nasionalisme sebagai generasi penerus bangsa telah memudar bahkan cenderung hilang. Kita lebih banyak mencintai negara lain yang memiliki banyak kelebihan dibanding dengan negara kita sendiri. Terlihat secara luar bagus belum tentu dalamnya bagus pula. Kita harus benar-benar tahu tentang apa yang kita inginkan bukan hanya keinginan sesaat saja yang kita kejar. Dan setelah membaca selesai buku ini, saya juga berpikir sama dengan penulis pikir. Saya menjadi lebih bangga dengan apa yang Indonesia punya. Membangkitkan rasa nasionalisme di dalam seluruh masyarakat memang susah. Tapi jika kita memulainya dari diri sendiri, dan dari hal yang kecil serta saat ini juga itu akan menjadikan sebuah perubahan dalam hidup kita. Dapat berguna untuk orang lain menjadi sesuatu yang sangat dapat dibanggakan. (Dee)

Social Media and Entrepreneur


Bila mendengar kata entrepreneur, seringkali yang terbayang di benak kita adalah sosok pengusaha sukses yang memiliki perusahaan terkenal, padahal kata entrepreneur sesungguhnya berarti lebih dari seorang pengusaha. Seorang entrepreneur adalah orang yang berani mengambil resiko untuk memulai suatu hal yang baru. Tentunya hal yang dikatakan baru tidak selalu terkait dengan masalah jual-beli barang, seorang pengagas ide terjadinya pergerakan nasional juga dapat digolongkan sebagai seorang entrepreneur atas usahanya menyebarkan pemikiran baru terhadap individu-individu lain  yang sebangsa dengan dirinya.
Kini untuk menebarkan semangat perjuangan tidak harus dilakukan dengan cara mengumpulkan banyak orang di lapangan, perkembangan teknologi informasi memudahkan jalan kita untuk menjadi penggerak suatu kerumunan massa. Ingat pada aksi besar-besaran yang dilakukan oleh segenap masyarakat di Negara-negara Timur Tengah? Ya, penggeraknya menggunakan jejaring sosial untuk mengumpulkan pendukung. Lebih hebatnya lagi, mereka berhasil membuat seisi dunia mengetahui bahwa mereka akan melakukan hal tersebut, karena dalam era informasi digital ini segala berita seakan menjelma menjadi bola salju yang bergulir lebih cepat daripada sebelumnya.
Kini yang harus dipikirkan adalah bagaimana kita menggagas suatu ide yang unik dan baru bagi kemajuan Indonesia. Apabila kita berhasil mengajak banyak orang untuk berbuat, tentunya perubahan akan dapat dirasakan dan dilihat dengan jelas, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana gagasan yang kita tawarkan. (vsi)

Be a Social Entrepreneur, be a change makers


 Angka  penganggguran di Indonesia menembus angka 8,32 juta orang. Jumlah pengangguran itu setara dengan 7,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 238 juta. Persentase jumlah penduduk miskin sebanyak 13,33 persen atau sekitar 31 juta jiwa. Jumlah anak jalanan adalah 230.000 anak, 1,2 juta anak balita telantar, 3,2 juta anak telantar dan 5.952 anak berhadapan dengan hukum (ABH) [Badan Pusat Statistik 2009].
Melihat kondisi yang demikian, tentunya diperlukan sebuah upaya konkret untuk menyelesaikannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang merata adalah melalui entrepreneur social. Diperlukan sebuah upaya untuk memasyarakatkan dan mendukung kegiatan tersebut
Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, menyatakan saat ini jumlah wirausaha di Tanah Air baru sebanyak 0,24 persen dari total populasi penduduk. Maka dari itu, upaya untuk menumbuhkan serta mendukung adanya entrepreneur social sangat dibutuhkan.
Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial. Tak hanya mengerti, ia juga menggunakan kemampuan entreprenership-nya untuk melakukan perubahan sosial. Perubahan ini dilakukan dalam berbagai bidang, mulai dari kesejahteraan masyarakat, kesehatan, hingga pendidikan.
Keberhasilan dari social entrepreneur, tidak dilihat dari banyaknya keuntungan yang didapatkan dari usaha yang dilakukan. Hal yang lebih ditekankan adalah besarnya manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan tersebut.
Berikut adalah peran social entrepreneurs dalam meningkatkan perekonomian negara :
- Membuka lapangan pekerjaan                                              
- Menciptakan inovasi dan kreasi terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
- Meningkatkan kesetaraan perekonomian
Berdasar fakta-fakta di atas, tidakkah kita, para pemuda, tergerak untuk menjadi social entrepreneur ? Untuk mengubah keadaan yang sudah membuat banyak rakyat mengeluh. Ayo lakukan dari apa yang kita bi'sa. (uli).

Be a change makers.
Jangan tanya apa yang bangsa berikan untukmu, tapi tanyakan apa yang dapat kamu berikan untuk bangsa Ini.
-Ir. Soekarno-

HARKITNAS : dari pandangan Mahasiswa

Salah satu momen yang paling penting dalam membangkitkan semangat juang bangsa adalah pada tanggal 20 Mei. Momen ini sering diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS). Semua elemen masyrakat hendaknya memaknai HARKITNAS dengan penuh penghayatan, utamanya bagi para pemuda. Sudah selayaknya pemuda sebagai penerus bangsa memiliki semangat kebangkitan dalam mengisi pembangunan. Lalu bagaimana akademisi muda kita menyikapinya???

Sore itu Rabu (11/5) di Gedung Lama Fakultas Psikologi UNAIR, tim Insight mewawancarai Karimah Zahrotul Jannah. Seorang mahasiswi angkatan 2008 yang juga merupakan DPO SKI Psikologi 2011 dan sekaligus merangkap sebagai Sekertaris Janur UKMKI UNAIR 2011.  Berikut hasil wawancara dengan Karimah yang dapat dilihat terkait dengan topik yang diangkat pada bulan ini yaitu Hari Kebangkitan Nasional.

“Ingat tidak kalau di bulan Mei ada Hari Kebangkitan Nasional?”
“Tau sih, tapi bukan hal yang benar-benar diingat. Seperti, oh ya hari ini hari HARKITNAS, bukan seperti itu. Tapi ya pokoknya tahu kalau ada disekitar bulan-bulan Mei. Ya, tahu dan mengertilah kalau dibulan Mei itu ada HARKITNAS”.  
“Menurut mbak, harkitnas itu apa sih? Seperti apa sih?”
“Kalau misal yang aku tahu. Kalau aku masih ingat pelajaran sejarah dulu, kalau HARKITNAS itu memperingati waktu bagaimana Indonesia mulai bangkit pada sekitar awal tahun 1900an dengan berdirinya  Budi utomo. Jadi Budi utomo itu yang menginisiasi bangkitnya Indonesia untuk meraih kemerdekaan” 
“Kalau mbak lihat saat ini, dari fenomena yang ada saat ini, bagaimna anak-anak muda sekarang melihat atau menyikapi HARKITNAS saat ini?”
”Kalau menurutku sih, memang kalau secara formal HARKITNAS mungkin memang lebih ke arah seremonial kalau yang diadakan dalam kondisi instansi.  Kalau pemudanya sendiri  kayaknya kurang interest untuk in memorial HARKITNAS. Kayaknya mereka juga tidak terlalu interest” 
“Kalau begitu, apakah itu berarti kurangnya kepedulian anak muda terhadap Hari Kebangkitan Nasional?”
“Tapi kalau menurutku esensinya tentang HARKITNAS tidak sekedar mereka tahu atau mereka ngerti kalau hari ini HARKITNAS. Tapi esensinya yang ingin dibangun itu seperti apa ketika tiap kita mengenang Hari Kebangkitan Nasional. Bukan hanya seremonialnya saja. Jadi bukan hanya sekedar ingat atau sekedar tahu HARKITNAS itu sendiri. Jadi jangan salahkan kalau para pemudanya kurang aware terhadap Hari Kebangkitan Nasional” 
“Jadi kalau menurut mbak HARKITNAS yang ada sekarang lebih cenderung pada peringatan saja, bukan pada makna HARKITNAS itu sendiri?”
“Kayaknya sih begitu. Semangat yang dibawa memang nggak jelas” 
“Ada gak sih anak-anak yang memang benar-benar sangat menghargai HARKITNAS dengan cara mereka sendiri, dengan  membangun diri mereka sendiri, atau dengan cara yang lain?”
“Kalau aku memahami tentang esensi Kebangkitan Nasional dihubungkan dengan kondisi para pemuda yang terpenting adalah semangat perubahan. Kalau zaman penjajahan dulu semangat pemuda adalah untuk kemerdekaan, untuk membebaskan negara kita dari penjajah. Kalau sekarang kita sudah merdeka ya hal terpenting adalah bagaimana mahasiswa itu bisa membangun dirinya untuk menjadi pemuda yang berkualitas, yang berguna, dan berkontribusi bagi masyarakat sekitar” 
“Cara apa yang tepat buat kita untuk membangun  Kebangkitan Nasional dari anak-anak muda?”
“Yang terpenting mungkin mulai dari sosialisasi untuk membangun paradigma berpikir. Kalau sekarang sosialisainya hanya sekedar seremonial selamat Hari Kebangkitan Nasional atau pidato kenegaraan tetapi sebenarnya mungkin dari kita sendiri bagaimana kita melihat HARKITNAS. Diperhatikan menjadi momen sejauh apa perubahan yang kita capai. Efektifnya yang mungkin pertama adalah sosialisasi dengan mindset untuk beubah. Bagaimana menjadi pemuda yang berdaya dan bagaimana untuk menjadi pemuda atau individu yang lebih baik”.
“Bisa tidak nggak kasih contoh real apa yang paling penting bagi mahasiswa untuk memaknai HARKITNAS?”
“Karena kita mahasiswa, yang pertama kehidupan permasalahan mahasiswa bukan hanya kampus dan kosan, kampus dan rumah tapi kita punya kampus, kita punya rumah, kita punya masyarakat. Jadi seharusnya real yang dilakukan sebagai mahasiswa adalah memakai fasilitas media belajar. Sayang kalau media belajar itu tidak kita manfaatkan. Dan sangat disayangkan jika kita keluar sebagai mahasiswa ternyata skill kita masih sangat kurang, masih sangat minim. Sebenarnya IP tidak banyak bicara. Yang seharusnya banyak berbicara adalah karya-karya apa yang telah banyak kita hasilkan.” 
“Kalau dari mbak sendiri, apa sih kontribusi yang sudah mbak lakukan sebagai pencerminan dari Hari Kebangkitan Nasional?”
“Kalau mbak sih sederhana apa yang bisa mbak lakukan dengan potensi yang kumiliki, ya dilakukan. Yang paling sederhana itu misalnya di kampus kita mempunyai media organisasi seperti SKI atau UKMKI dan organisasi yang lain atau diluar masyarakat seperti pelayanan masyarakat berupa les gratis dan pemberdayaan remaja. Yah… Hal-hal terkait yang sesuai dengan minat dan bakat kita, kita usahan dan kita optimalkan untuk diberikan kepada masyarakat” 

Naah… dari sekelumit wawancara ini, kita berharap semua kalangan dapat membangun HARKITNAS sebagai momen perubahan. Setidaknya perubahan dmulai dari diri sendiri. Terutama bagi para pemuda, generasi penerus bangsa, yang diberi amanat untuk meneruskan pembangunan dalam  mengantarkan negara kita tercinta pada sebuah kemakmuran.

April..The History of Autism Day


Bulan April dikenal juga sebagai bulan Autisme. Hari Autisme di mulai dari Resolusi PBB No. 62/139, dikeluarkan 18 Desember 2007, yang menetapkan setiap tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia (World Autism Awareness Day/WAAD). Negara-negara di dunia sudah seharusnya berusaha menghilangkan kesan yang ada di masyarakat bahwa mempunyai anak penyandang autisme adalah "sesuatu yang memalukan".
Wakil delegasi PBB dari Qatar, Nassir Abdelaziz Al-Nassir yang dikenal di negaranya sebagai aktivis pembela hak azasi individu penyandang cacat telah berhasil mengangkat masalah autisme sebagai salah satu agenda tahunan PBB. Beliau berhasil mendapatkan dukungan suara bulat dari 50 negara anggota PBB dengan menetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia.
Berbagai negara di dunia masih tidak mengakui bahwa autisme adalah gangguan perkembangan jiwa (neurological disorder) sehingga berdampak luas pada kurangnya usaha terpadu untuk menanggulangi masalah autisme. PBB telah memasukkan masalah autisme ke dalam kategori krisis dan akan mendapatkan prioritas utama untuk penanggulangannya. Seluruh anggota PBB sepakat untuk menindaklanjuti masalah autisme.
Berbagai event penting telah dijadwalkan di kantor pusat PBB sehubungan dengan hari Autisme Sedunia ini antara lain Pameran Lukisan, Diskusi Panel bersama para ahli neurology dan wakil dari World Health Organization (WHO) untuk menanggulangi masalah autisme. (lia)

Kenapa Ada Hari AUTIS ?


A : Always
      U : Unique
            T : Totally
                  I : Interesting
                       S : Sometimes
                             M : Mysterious

Angka pertumbuhan anak autis dunia dalam dekade terakhir sungguh mengkwatirkan, lihat saja pada awal tahun 2000 prevalensi penyandang autis masih 1:2.500 (Tanguay, 2005). Lima tahun kemudian pertumbuhan meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Th 2006, data statistik Amerika Serikat merilis perbandingan penderita autis 1:166 ini artinya meningkat 307% di banding tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, Autism research Institute mengemukakan perbandingan anak autis dengan anak normal 1:150 dan dua tahun kemudian atau pada tahun 2009Autism Speak, mengeluarkan data yang mengejutkan, yakni di setiap 100 kelahiran satu diantaranya adalah penyandang autism sehingga jumlah total anak penyandang autism dunia saat ini adalah 67 juta jiwa. (sumber : http://ychicenter.org/ )
Jumlahnya yang semakin banyak menuntut organisasi Internasional seperti PBB untuk bisa lebih memperhatikan permasalahan ini. Merujuk pada Sidang Umum PBB, 18 Desember 2007 silam, maka hari Autis sedunia mulai diperingati setiap tanggal 2 April. Karena, PBB ingin mengajak masyarakat dunia agar semakin peduli dan bisa menerima kehadiran penyandang autistik di tengah masyarakat. (ari)