Minggu, 21 April 2013

Tentang Kartini

Hari Kartini, tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita semua masyarakat Indonesia. Hari Kartini begitu penting untuk kita semua khususnya para perempuan, karena hari Kartini menjadi awal dari kebangkitan para perempuan di Indonesia atau kata populernya ‘emansipasi wanita’.

Dalam memperingati Hari Kartini dapat dilakukan dengan cara berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain termasuk oleh salah satu dosen di fakultas kita tercinta yaitu Bu Meta Zahro Aurelia. Menariknya,Bu Meta memiliki pandangan yang unik tentang Hari Kartini. Menurut beliau, Ibu Kartini bukan wanita Indonesia pertama yang mempelopori tentang adanya emansipasi. Sebelum Ibu Kartini, ada beberapa tokoh wanita seperti Rohana Kudus dan Laksamana Malahayati yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat.

Rohana Kudus merupakan tokoh wanita yang berjuang lewat menulis. Beliau telah membangkitkan para perempuan di Tanah Minang. Rohana mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia. Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Selain itu Rohana juga berjuang melaui tulisan-tulisannya. Ia seorang wartawan perempuan yang banyak menulis di koran dan otomais tulisannya banyak dibaca orang. Hal ini telah berarti perempuan pada masa itu tidak hanya berurusan saja dengan dapur dan mengurus rumah saja. Tapi memiliki peran juga dalam masyarakat.

Sementara Laksamana Malahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, dan mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati..

Benar, kedua tokoh perempuan tersebut merupakan perempuan-perempuan yang luar biasa – yang tak jauh beda dari Ibu Kartini.

Bagi bu Meta “Berperan sesuai kompetensi” dapat menjadi kartini dan perempuan di era modern seperti sekarang. Karena berlatarbelakang psikologi, beliau ingin dapat berperan dalam masyarakat dengan ilmu psikologi yang dimiliki. Pada dasarnya menjadi perempuan yang berpengaruh dalam masyarakat tidak saja karena semangat Kartini tapi setiap wanita kalau bisa tidak hanya berkutat di rumah dan dapur saja. (ynt)

0 komentar:

Posting Komentar