Senin, 30 Mei 2011

HARKITNAS : dari pandangan Mahasiswa

Salah satu momen yang paling penting dalam membangkitkan semangat juang bangsa adalah pada tanggal 20 Mei. Momen ini sering diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS). Semua elemen masyrakat hendaknya memaknai HARKITNAS dengan penuh penghayatan, utamanya bagi para pemuda. Sudah selayaknya pemuda sebagai penerus bangsa memiliki semangat kebangkitan dalam mengisi pembangunan. Lalu bagaimana akademisi muda kita menyikapinya???

Sore itu Rabu (11/5) di Gedung Lama Fakultas Psikologi UNAIR, tim Insight mewawancarai Karimah Zahrotul Jannah. Seorang mahasiswi angkatan 2008 yang juga merupakan DPO SKI Psikologi 2011 dan sekaligus merangkap sebagai Sekertaris Janur UKMKI UNAIR 2011.  Berikut hasil wawancara dengan Karimah yang dapat dilihat terkait dengan topik yang diangkat pada bulan ini yaitu Hari Kebangkitan Nasional.

“Ingat tidak kalau di bulan Mei ada Hari Kebangkitan Nasional?”
“Tau sih, tapi bukan hal yang benar-benar diingat. Seperti, oh ya hari ini hari HARKITNAS, bukan seperti itu. Tapi ya pokoknya tahu kalau ada disekitar bulan-bulan Mei. Ya, tahu dan mengertilah kalau dibulan Mei itu ada HARKITNAS”.  
“Menurut mbak, harkitnas itu apa sih? Seperti apa sih?”
“Kalau misal yang aku tahu. Kalau aku masih ingat pelajaran sejarah dulu, kalau HARKITNAS itu memperingati waktu bagaimana Indonesia mulai bangkit pada sekitar awal tahun 1900an dengan berdirinya  Budi utomo. Jadi Budi utomo itu yang menginisiasi bangkitnya Indonesia untuk meraih kemerdekaan” 
“Kalau mbak lihat saat ini, dari fenomena yang ada saat ini, bagaimna anak-anak muda sekarang melihat atau menyikapi HARKITNAS saat ini?”
”Kalau menurutku sih, memang kalau secara formal HARKITNAS mungkin memang lebih ke arah seremonial kalau yang diadakan dalam kondisi instansi.  Kalau pemudanya sendiri  kayaknya kurang interest untuk in memorial HARKITNAS. Kayaknya mereka juga tidak terlalu interest” 
“Kalau begitu, apakah itu berarti kurangnya kepedulian anak muda terhadap Hari Kebangkitan Nasional?”
“Tapi kalau menurutku esensinya tentang HARKITNAS tidak sekedar mereka tahu atau mereka ngerti kalau hari ini HARKITNAS. Tapi esensinya yang ingin dibangun itu seperti apa ketika tiap kita mengenang Hari Kebangkitan Nasional. Bukan hanya seremonialnya saja. Jadi bukan hanya sekedar ingat atau sekedar tahu HARKITNAS itu sendiri. Jadi jangan salahkan kalau para pemudanya kurang aware terhadap Hari Kebangkitan Nasional” 
“Jadi kalau menurut mbak HARKITNAS yang ada sekarang lebih cenderung pada peringatan saja, bukan pada makna HARKITNAS itu sendiri?”
“Kayaknya sih begitu. Semangat yang dibawa memang nggak jelas” 
“Ada gak sih anak-anak yang memang benar-benar sangat menghargai HARKITNAS dengan cara mereka sendiri, dengan  membangun diri mereka sendiri, atau dengan cara yang lain?”
“Kalau aku memahami tentang esensi Kebangkitan Nasional dihubungkan dengan kondisi para pemuda yang terpenting adalah semangat perubahan. Kalau zaman penjajahan dulu semangat pemuda adalah untuk kemerdekaan, untuk membebaskan negara kita dari penjajah. Kalau sekarang kita sudah merdeka ya hal terpenting adalah bagaimana mahasiswa itu bisa membangun dirinya untuk menjadi pemuda yang berkualitas, yang berguna, dan berkontribusi bagi masyarakat sekitar” 
“Cara apa yang tepat buat kita untuk membangun  Kebangkitan Nasional dari anak-anak muda?”
“Yang terpenting mungkin mulai dari sosialisasi untuk membangun paradigma berpikir. Kalau sekarang sosialisainya hanya sekedar seremonial selamat Hari Kebangkitan Nasional atau pidato kenegaraan tetapi sebenarnya mungkin dari kita sendiri bagaimana kita melihat HARKITNAS. Diperhatikan menjadi momen sejauh apa perubahan yang kita capai. Efektifnya yang mungkin pertama adalah sosialisasi dengan mindset untuk beubah. Bagaimana menjadi pemuda yang berdaya dan bagaimana untuk menjadi pemuda atau individu yang lebih baik”.
“Bisa tidak nggak kasih contoh real apa yang paling penting bagi mahasiswa untuk memaknai HARKITNAS?”
“Karena kita mahasiswa, yang pertama kehidupan permasalahan mahasiswa bukan hanya kampus dan kosan, kampus dan rumah tapi kita punya kampus, kita punya rumah, kita punya masyarakat. Jadi seharusnya real yang dilakukan sebagai mahasiswa adalah memakai fasilitas media belajar. Sayang kalau media belajar itu tidak kita manfaatkan. Dan sangat disayangkan jika kita keluar sebagai mahasiswa ternyata skill kita masih sangat kurang, masih sangat minim. Sebenarnya IP tidak banyak bicara. Yang seharusnya banyak berbicara adalah karya-karya apa yang telah banyak kita hasilkan.” 
“Kalau dari mbak sendiri, apa sih kontribusi yang sudah mbak lakukan sebagai pencerminan dari Hari Kebangkitan Nasional?”
“Kalau mbak sih sederhana apa yang bisa mbak lakukan dengan potensi yang kumiliki, ya dilakukan. Yang paling sederhana itu misalnya di kampus kita mempunyai media organisasi seperti SKI atau UKMKI dan organisasi yang lain atau diluar masyarakat seperti pelayanan masyarakat berupa les gratis dan pemberdayaan remaja. Yah… Hal-hal terkait yang sesuai dengan minat dan bakat kita, kita usahan dan kita optimalkan untuk diberikan kepada masyarakat” 

Naah… dari sekelumit wawancara ini, kita berharap semua kalangan dapat membangun HARKITNAS sebagai momen perubahan. Setidaknya perubahan dmulai dari diri sendiri. Terutama bagi para pemuda, generasi penerus bangsa, yang diberi amanat untuk meneruskan pembangunan dalam  mengantarkan negara kita tercinta pada sebuah kemakmuran.

0 komentar:

Posting Komentar